Seru Sih Ini! Bayangan Yang Membawa Aroma Darah
Bayangan yang Membawa Aroma Darah
Lampion-lampion merah menggantung rendah di sepanjang jalanan Kota Terlarang, menyinari wajah Cantik Mei Lan. Gaun sutranya berwarna giok pucat, kontras dengan malam yang kelam. Aroma osmanthus yang manis menyelimuti dirinya, berusaha menyembunyikan aroma lain yang lebih pekat: aroma darah dan kehilangan.
Lima tahun. Lima tahun Mei Lan mencintai Kaisar dengan segenap hatinya. Lima tahun ia menjadi permaisuri yang sempurna, menenun kain emas harapan dan kesetiaan. Senyumnya yang lembut, yang dulu membuat Kaisar terpikat, kini terasa seperti topeng yang berat. Setiap kata manis yang terucap, setiap pelukan hangat yang diberikan, terasa bagaikan racun yang perlahan membunuhnya.
Ia ingat malam itu. Malam bulan purnama ketika Kaisar bersumpah setia abadi di bawah pohon persik. Kata-kata itu kini hanyalah belati yang menusuk jantungnya berulang kali. Seorang selir baru, dengan kecantikan yang menggoda dan pesona yang memabukkan, telah merebut hati Kaisar. Pengkhianatan ini bukan hanya luka, tapi sebuah KEHANCURAN total.
Mei Lan tidak menjerit. Ia tidak menangis. Ia hanya tersenyum lebih lebar, menyembunyikan luka di balik tirai elegan. Ia mempelajari setiap gerak-gerik selir itu, setiap kata yang diucapkan, setiap intrik yang dimainkan. Ia menjadi bayangan, mengikuti jejak selir, mempelajari kelemahannya.
Balas dendam Mei Lan tidak berlumuran darah. Ia tidak membunuh, ia tidak menyiksa. Ia hanya… menghilang.
Satu persatu, ia menghilangkan pengaruh selir itu di istana. Dengan KECERDIKAN yang luar biasa, Mei Lan menyingkirkan para pendukungnya, memutarbalikkan fakta, dan menyebarkan desas-desus. Selir itu, yang dulunya bersinar terang, perlahan meredup. Kaisar, yang awalnya dibutakan oleh pesona, mulai melihat celah dalam topeng kepalsuan.
Pada akhirnya, selir itu diasingkan ke biara terpencil, hidup dalam penyesalan dan kesunyian abadi. Mei Lan menyaksikan dari kejauhan, tanpa senyum, tanpa air mata. Kemenangan ini terasa pahit. Ia telah membalas dendam, tapi hatinya tetap hampa. Aroma osmanthus tidak lagi terasa manis, hanya bau kesedihan yang menyengat.
Malam itu, Mei Lan berdiri di balkon istana, menatap bintang-bintang yang bertaburan. Ia teringat janji di bawah pohon persik, dan senyum hantu terukir di bibirnya. Balas dendamnya selesai, tapi ada sesuatu yang hilang selamanya.
Mei Lan berbalik, meninggalkan balkon dan memasuki kegelapan istana. Ia tahu, dalam hati yang paling dalam, bahwa…
Cinta dan dendam lahir dari tempat yang sama.
You Might Also Like: 0895403292432 Agen Skincare Fleksibel