Cerpen Terbaru: Tangisan Yang Mengisi Malam Yang Sunyi
Angin malam berdesir lembut, membawa aroma mei hua yang memabukkan. Seratus tahun telah berlalu, namun wangi itu masih sama, menusuk kalbu bagai belati tumpul. Di balkon rumah teh yang remang, Xiao Yun berdiri, menatap langit Nanjing yang kelabu. Jantungnya berdebar tak karuan, seolah mengenali sesuatu yang hilang.
"Tuan Muda Xiao, teh Anda," Suara pelayan membuyarkan lamunannya. Xiao Yun mengangguk pelan, menyesap teh perlahan. Panasnya menjalar, namun tak mampu menghangatkan dingin yang mencengkeram hatinya.
Ia selalu merasa ada kekosongan dalam dirinya, sebuah ingatan yang buram, sebuah janji yang terlupakan. Mimpi-mimpinya dipenuhi bayangan seorang wanita dengan gaun merah menyala, menari di bawah rembulan, lalu...darah.
Di sisi lain kota, di sebuah rumah bordil mewah, Lianhua menyanyi. Suaranya, selembut sutra namun menyimpan kesedihan mendalam, membius para tamu. Ia dikenal sebagai "Si Teratai Malam," kecantikannya memukau, namun matanya menyimpan kesunyian abadi.
"Lianhua, kamu adalah berlian yang kutemukan," ujar Tuan rumah bordil, menyeringai. Namun Lianhua tak peduli. Ia hanya ingin menyanyi, menyalurkan kesedihan yang tak terlukiskan. Ia selalu merasa terikat dengan seseorang yang tak dikenalnya, terikat oleh benang takdir yang tak terlihat.
Suatu malam, mata mereka bertemu. Xiao Yun, yang terpaksa menemani rekannya ke rumah bordil itu, terpaku melihat Lianhua. Matanya, mata itu, ia mengenalnya. Ada keabadian di sana, sebuah kisah yang belum selesai.
Lianhua pun merasakan hal yang sama. Jantungnya berdebar kencang, seolah drum perang ditabuh di dadanya. Suara Xiao Yun, ketika ia memperkenalkan diri, terdengar familiar, bagai gema dari masa lalu yang jauh.
Pertemuan demi pertemuan terjadi. Mereka berbicara, berbagi mimpi, berbagi kesedihan. Xiao Yun menceritakan mimpinya, Lianhua menyanyikan lagu-lagu kuno yang terasa begitu dekat di hatinya. Sedikit demi sedikit, ingatan mulai kembali.
Mereka adalah Yunxi dan Lihua, sepasang kekasih di era Dinasti Qing. Yunxi adalah seorang putra bangsawan, Lihua adalah seorang penari. Cinta mereka terlarang, ditentang oleh keluarga Yunxi yang menginginkan pernikahan politik. Namun cinta mereka begitu kuat, mereka berjanji untuk bersama, selamanya.
Namun takdir berkata lain. Ayah Yunxi menjebak Lihua, menuduhnya sebagai mata-mata dan menghukumnya mati. Yunxi, yang tak berdaya menyelamatkan kekasihnya, bersumpah akan membalas dendam. Namun sebelum ia bisa melakukannya, ia dikhianati dan dibunuh oleh sahabatnya sendiri, yang menginginkan posisinya.
Seratus tahun kemudian, mereka bertemu kembali. Yunxi bereinkarnasi menjadi Xiao Yun, pewaris keluarga Xiao yang kaya raya. Lihua bereinkarnasi menjadi Lianhua, seorang wanita malam dengan suara yang memikat.
Xiao Yun, kini mengingat segalanya, dipenuhi amarah. Ia ingin membalas dendam, menghancurkan keluarga yang telah membunuh Lihua. Namun Lianhua mencegahnya.
"Dendam hanya akan menciptakan lingkaran kekejaman," bisik Lianhua, air mata membasahi pipinya. "Lepaskanlah. Maafkanlah."
Xiao Yun menatap Lianhua, melihat ketenangan di matanya. Ia mengerti. Dendam tak akan mengembalikan Lihua. Dendam tak akan membawa kedamaian.
Ia kemudian mengunjungi makam keluarga yang telah membunuh Lihua. Ia berdiri di sana, di bawah langit malam yang sunyi, dan membungkuk hormat. Ia melepaskan dendamnya. Ia memilih pengampunan.
Xiao Yun membawa Lianhua pergi dari rumah bordil itu. Mereka meninggalkan Nanjing, menuju tempat yang jauh, di mana mereka bisa memulai hidup baru.
Di akhir cerita, mereka berdiri di tepi danau, menyaksikan matahari terbit. Lianhua tersenyum, untuk pertama kalinya, senyum yang tulus. Xiao Yun memeluknya erat.
"Aku mencintaimu, Lihua," bisiknya.
Lianhua membalas pelukannya. "Aku juga mencintaimu, Yunxi..."
Angin bertiup kencang, membawa bisikan samar dari masa lalu... "Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya…"
You Might Also Like: Skincare Lokal Untuk Kulit Tropis_12